THE PRACTICE OF SUBSTITUTE HAIRS IN INDONESIAN RELIGIOUS COURT: Restricted Interpretation

As part of reformation outcomes, the substitute heir in Islamic inheritance law has been long heeded by Indonesian jurists. However, amidst facet traditional scheme, Religious Court judges (judex factie) have not shared same implementation this succession. This article endeavors to examine practice field. Relies on decisions as primary source, argues that norm (Article 185 The Compilation Law) implemented restrictedly according and Supreme consensus. Restricted interpretation means descendants pre-deceased side-relative was accounted heir. It implies state attempt come into play way desires.[Sebagai bagian dari hasil reformasi, dalam hukum waris Islam telah lama diperhatikan oleh para ahli Indonesia. Namun, di tengah sisi skema tradisional, hakim Pengadilan Agama Indonesia belum memiliki kesamaan pelaksanaan suksesi ini. Artikel ini mencoba mengkaji praktek penerapan lapangan. Berpijak pada putusan sebagai sumber data utama, artikel berargumen bahwa norma (Pasal Kompilasi Hukum Islam) dilaksanakan secara terbatas menurut dan konsensus Mahkamah Agung. Penafsiran berarti keturunan kerabat menyamping yang meninggal dunia terlebih dahulu tidak diperhitungkan Ini menyiratkan upaya reformasi negara diterapkan sesuai diinginkan negara.]